Rekap Singkat Drako Paruh Pertama 2016

Tahun 2016 ini mungkin frekuensi saya nonton dan jumlah drako yang saya tonton meningkat tajam. Dan sejauh ini, saya bisa bilang kalau tahun 2016 adalah tahun yang seru banget buat drako. Variasi temanya juga lumayan banyak. Gak melulu romcom.

Nah, buat paruh pertama 2016 ini, drako terbaik (versi saya tentunya, walaupun belum tentu yang disebutkan adalah favorit juga) disapu bersih oleh lini Jumat-Sabtu saluran tvN. Berdasarkan periode tayangnya:

reply family

Reply 1988 (응답하라 1988) (tayang 6 November 2015 – 16 Januari 2016)
Ulasan lengkapnya sudah pernah saya terbitkan di sini .

 

Signal

Signal (시그널) (tayang 22 Januari – 12 Maret 2016) – Currently watching
Banyak yang menuliskan kalau drama ini berdasarkan pembunuhan berantai di Hwaseong, Gyeonggi seperti film “Memories of Murder”. Saya bilang antara ya dan tidak sih. Pembunuhan berantai Hwaseong cuma salah satu kasusnya. Semua kasus yang ditampilkan berdasarkan kasus-kasus kejahatan yang tidak terpecahkan. Signal juga mengingatkan akan film “Frequency” yang pake medium walkie talkie untuk berkomunikasi dengan masa lalu, tapi karena Signal berdasarkan kasus-kasus di dunia nyata, ini sama sekali nggak terasa seperti menjiplak

Walaupun Lee Je Hoon dikritik karena aktingnya diangap lebay, tapi doi tetep oke kok. Masih relevan dengan feel dramanya. Dan walaupun Kim Hye Soo sama bagusnya, Jo Jin Woong is the scene stealer for me, though. Paduan karakter yang emosional, canggung tapi keukeuh dibawain pas banget sama Jo Jin Woong. Cakep lah.

 

Dear My Friends

Dear My Friends (디어 마이 프렌즈) (tayang 3 Mei – 2 Juli 2016)
Yang ini ulasannya masih sekedar berupa niatan, entah kapan mau mulainya.

Selain “Reply 1988”, DMF adalah drama lain yang sukses bikin mewek hampir di tiap episode-nya. Sangat menyegarkan menikmati gerombolan nenek-nenek lucu di antara lautan muka licin yang terobsesi dengan kemudaan. DMF nyikat abis feminisme banal ala “Sex And The City” yang ultimate goal-nya ternyata cuma ngejar kebahagiaan ala Cinderella dan pangeran pujaan hati. Rrrr….

I love all the casts, but if I have to pick, my favourites would definitely be Na Moon Hee & Lee Kwang Soo. Kwang Soo ini sebenernya aktor watak yang mumpuni (one of the best in my personal opinion), sayang kemampuannya ini ketutupan image Running Man-nya yang bodor.

Kalau sesama cowok ada istilah bromance, mungkin di DMF harusnya ada istilah buat ibu & anak. Gimana Min Ho (Lee Kwang Soo) memperlakukan emaknya (Kim Hye Ja) bener-bener bikin meleleh.

Sedangkan karakter Moon Jung Ah (Na Moon Hee) ini mengingatkan saya pada wawancara Joni Mitchell di Woman of Heart and Mind. Dia bilang salah satu alasan kenapa dia (sempat) memutuskan tidak mau menikah adalah karena dia gak mau jadi kayak maknya, seniman terpendam yang setres karena gak bisa melakukan apa yang dia mau terjebak dalam beban ke-istri-an dank ke-ibu-annya. Cita-cita Jung Ah adalah jalan-jalan keliling dunia bareng Hee Ja (Kim Hye Ja) ala-ala Thelma & Louise.

The Good Wife

The Good Wife (tayang 8 Juli – 27 Agustus 2016) – Currently airing
Ini harusnya masuk paruh ke-2 sih ya, tapi secara di perbatasan masukin aja deh sekalian. Saya pilih ini lebih karena faktor rapih. Ya produksi ya akting, terutama Nana (After School) & Yoon Kye Sang (G.O.D). Dua-duanya berawal dari anggota idol group. Kalau Jeon Do Yeon & Yoo Ji Tae ya udah lah ya, secara mereka emang aktor kawakan. But Nana is the biggest surprise for me.

Untuk cerita sebenernya biasa aja. Kadang greget kadang biasa aja, tapi tetap konsisten. Sepertinya juga cukup patuh pada versi US-nya.

Nah, dari paruh pertama drako lini Jumat-Sabtu-nya TvN, cuma “Memory” yang gak ketonton. Mungkin saya akan coba ngintip nanti, apalagi yang main Lee Sung Min.

Lanjut ke drama lainnya. Di paruh pertama ini saya juga suka:

Marriage Contract

Marriage Contract (결혼계약) – MBC (tayang 5 Maret – 24 April 2016)
Cuma ada satu kata: UEE!

UEE is probably the best idol turns actor so far. Saya dulu gak suka banget liat UEE, mukanya aneh, kebanyakan oplas kayaknya. But I’m a fan now. Turns out she’s a really great actor. Di atas kertas harusnya Lee Seo Jin sama UEE gak pas, tapi justru chemistry mereka dapet banget. Beda umur yang jauh juga gak bikin dropshay (not that it matters).

 

 

Uncontrollaby Fond

Uncontrollably Fond (함부로 애틋하게) – KBS2 (tayang 6 Juli – 8 September 2016) – Currently airing
Yang ini saya gak bisa jelasin kenapa, apalagi dengan segambreng elemen Makjang tumplek bleg di sini. Alasan yang paling kuat mungkin chemistry Kim Woo Bin & Suzy yang pas, di luar akting yang kadang-kadang rada lempeng. They just work.

Eh tapi gak secemen itu juga kok. UF juga kadang-kadang nyentil isu sosial bahkan politik. Kayak di episode 12 si Choi Ji Tae (Lim Ju Hwan) nyikat bapaknya dengan bilang, “Is romanticising violence for convenience and ruining their livelihoods for the sake of the majority what you call justice, Congressman?” Dwar!

 

Master - God Of Noodles

Master: God of Noodles (마스터-국수의 신) – KBS2 (tayang 27 April – 30 Juni 2016)
MGON ini adaptasi komik Guksuui Sin. Ceritanya sebenernya biasa aja, tapi sinematografi & musiknya mungkin yang terbaik di paruh pertama 2016. Rasanya gelap dan gambarnya udah kayak buat film bioskop. Di aspek itu, MGON jadi salah satu favorit saya bersama “Heard It Through The Grapevine” (SBS – 2015).

Six Flying Dragons

Six Flying Dragons (육룡이 나르샤) – SBS (tayang 5 Oktober 2015 – 22 Maret 2016)
Saya gak pernah suka Sageuk (drama sejarah) sebenernya. Tapi 6FD ini baunya revolusi banget, rasanya hampir kayak “Les Miserables” versi Korea, walaupun gak sampai bikin mewek-mewek. 50 episode 50 episode deh gue pantengin. Untung ada Byun Yo Han mai laff hahaha. Oh ya, Byun Yo Han ini juga salah satu aktor watak yang itungannya baru. Sayang doi juga tergolong underrated, walaupun kadarnya gak separah Lee Kwang Soo.

Wanted

Wanted (원티드) – SBS (tayang 22 Juni – 18 Agustus 2016)
Wanted ini plot-nya ketat dan akhir setiap episode hampir selalu gak ketebak. Walaupun gak se-natural Signal dari segi akting tapi Wanted sama-sama bikin tegang cyin!

Beberapa drama lain yang saya ikutin hanya karena… cowok-cowoknya (yes, forgive me for the female gaze).

kinopoisk.ru

Oh My Venus (오 마이 비너스) – KBS2 (tayang 16 November 2015 – 5 Januari 2016)
OMV sebenernya bisa jadi tayangan yang lebih feminis deconstructing the female body image, apalagi di Korea Selatan yang terobsesi dengan S body line. Sayangnya OMV entah memang tidak berniat ke sana atau sepertinya cuma setengah hati melakukan itu.

Goodbye Mr. Black

Goodbye Mr. Black (굿바이 미스터 블랙) – MBC (tayang 16 Maret – 19 Mei 2016)
I stayed for Lee Jin Wook though the story was crappy. Still, nothing is crappier than… I’ll get to that later.

Lucky Romance

Lucky Romance (운빨로맨스) – MBC (tayang 25 Mei – 14 Juli 2016)
Ini juga romcom gitu aja sih. Ceweknya makin lama makin gengges, tapi ditahanin deh demi Ryu Joon Yeol. Oh right, another rising aktor yang bunglon juga

Doctors

Doctors (닥터스) – SBS (tayang 20 Juni – 23 Agustus 2016)
Sayangnya
Doctors gak bisa jadi sebagus Emergency Couple. Padahal drama dengan latar belakang medis bisa banget ngangkat banyak isu kemanusiaan, sosial & politik, tapi kayaknya Doctors milih untuk setia di jalur romantis aja. Jadi suka gak ada gregetnya. This one, I stayed for Kim Rae Won. Well, the other actors are kind of fun to watch too.

And the worst drama (probably ever) goes to…. *drumroll*

Descendants Of The Sun

Descendants of the Sun (태양의 후예)! – KBS2 (tayang 12 Februari – 14 April 2016)
Drama ini sumpah jeleknya alaihim salam. Dari episode 1 udah gak sreg sebenernya, tapi ditahan-tahanin sampe episode 3. Setengah jalan episode 3 muak yuk dadah babay rasanya pengen lempar laptop.

Gak ngerti banget kenapa drama ini meledak banget, rating tinggi, blab la bla. Gue lebih curiga ini adalah hasil strategi marketing gila-gilaan dengan promo lebay yang bilang drama ini akan jadi drama yang “ter” di tahun 2016. Song Hye Kyo emang itungannya A-list, tapi kayaknya Song Joong Ki belum segitunya deh sebelum ini. Apalagi dibanding Lee Kwang Soo & Byun Yo Han, aktingnya gak ada secuil ujung kukunya cyiiin. Kalo ngomongin cakep juga masih ada segambreng aktor lainnya yang cakepnya aujubilah. Jadi beneran gak ngerti fenomena Joong Ki dan Song-Song couple ini, yang gak ada chemistry-nya pulak.

Ceritanya sampah (seperti drama sebelumnya dari si penulis ini, The Heirs). Si Kim Eun Sook ini kayaknya seneng ide semacam ini, ‘style over substance’. Yang penting gayanya keren doang.

Yang paling bikin muak sebenernya karena drama ini pretentious tapi super banal & superficial. Latar belakang militer cuma dipake buat hiasan. Kedalamannya aja gak ada, apalagi mau ngomongin political view, yang saya curiga suka dipake sama si Eun Sook buat, again, gaya-gayaan (just checked the synopsis of “City Hall” & “Lovers In Prague”). Musuh mereka pun tipikal bentukan barat, US to be exact.

Yang bikin jijik ada adegan di episode 3, segerombolan anak-anak mengais-ngais area di sekitar base camp si dokter-dokter ini, terus satu anak nemuin minuman plastik lama dan diminum. Loncatlah si dokter cantik super kinclong ke luar sambil bilang itu kotor dan menyodorkan snack bar-nya. Dan merubunglah anak-anak lain dengan muka cemong-cemong mengemis snack bar ke dokter kinclong yang kemudian diomelin tentara kinclong Joong Ki yang bilang “jangan lo kasih kalo lo gak punya buat semuanya”. Cefuk! Antara pengen ngasih jari tengah atau jambak rambut dua-duanya gak ngerti aku harus bagaimana.

Kayaknya adegan itu yang bikin gue beneran berhenti nonton ni drama dan gak sudi nengok-nengok lagi. This is a remake of classic 80s Hollywood’s American heroism.

Lanjut ke paruh ke-2 tahun 2016.

Dari akhir paruh pertama menuju ke awal paruh ke-dua sepertinya dunia drako lagi kelimpahan drama-drama bagus. Musim ini aja saya lagi nonton 7! Yang 5 sama ok-nya (termasuk Uncontrollaby Fond, Wanted & The Good Wife) yang 2 so-so lah (Doctors & Second To Last Love (SBS, tayang 30 Juli – 18 September 2016)).

2 lagi yang jadi favorit di luar 3 yang udah disebutkan di atas adalah:

Age Of Youth

Age of Youth (청춘시대) – JTBC (tayang 22 Juli – 27 Agustus 2016) – Currently airing
AOY cerita tentang dunia sehari-hari cewek-cewek kuliahan & their personal struggles. Dari sekedar naksir cowok, gaya pakaian, komunikasi, sampai sexual objectification, female sexuality. AOY sebenarnya cukup kental berbalut feminisme, tapi disampaikan dengan cara yang sangat halus. Sampai sejauh mana konsistensi mereka, kayaknya harus nunggu sampai drama ini habis tayang.

Oh ya, ini kurpen tapi saya juga suka pasangan-pasangan di AOY ini; Han Ye Ri – Yoon Park, Hwa Young – Yoon Jong Hoon (walaupun ini judulnya bukan pasangan. So far) & Park Hye Soo – Shin Hyun Soo.

W - Two Worlds

W: Two Worlds (더블유) – MBC (tayang 20 Juli – 8 September 2016) – Currently airing
Drama fantasi seru tentang 2 dunia nyata dan manhwa (komik). Efek visualnya udah kayak film aja. Ceritanya seru tapi curiga masuk ke tengah akan lebih banyak unsur komedi romantisnya. Semoga nggak. Yang paling gak tahan buat diliat adalah… muka-nya Lee Jong Suk! Duh udah lah mukanya gitu, aktingnya kayak pose melulu lagi. Semacam mannequin kalo kata temen gue.

Menanti di paruh kedua 2016:

PhotoGrid_1470952210923

My Wife’s Having an Affair This Week (이번 주, 아내가 바람을 핍니다) – JTBC (rencana tayang Oktober 2016)
Baru dengar berita beberapa hari lalu, drama ini remake dari drama Jepang dengan judul sama. YAAASSS!!! Lee Sun Gyun & Song Ji Hyo adalah 2 aktor Korea kesukaan saya. Sayangnya sama kayak Lee Kwang Soo, kemampuan akting Song Ji Hyo ketutupan image Running Man-nya. I’d love to see how she’ll improve being paired with Lee Sun Gyun. Laff laff laff!!!

PhotoGrid_1470934873231

Entourage (안투라지) – tvN (rencana tayang Oktober 2016)
Remake dari Entourage US, yang saya gak tonton juga. Tapi yang ini pasti saya tungguin. Main casts-nya… laff! Seo Kang Joon, Jo Jin Woong, Lee Kwang Soo, Lee Dong Hwi. Waini!

PhotoGrid_1470952650979

Goblin (도깨비) – tvN (rencana tayang Desember 2016)
The casts are to die for! All are my faves. Gong Yoo & Lee Dong Wook in the same frame? UBER LAFF!!! Matik aja eke mak! Ditambah Kim Go Eun, can it get any better? Sayangnya penulisnya adalah si Kim Eun Sook yang demen nulis drama pretencious & superficial macam DotS & The Heirs (I promised myself not to rant but there I go again). Story looks questionable too.

Dari Asianwiki:

“Dokkaebi (Gong Yoo) needs a human bride to end his immortal life. Meanwhile, the Angel of Death has amnesia. Somehow these two meet and live together. They see off those who have passed away and are now leaving this world.” Rrr…

Tapi tapi tapi… gak mungkin gue ngelewatin muka-muka ini *siap-siap tabung oksigen*

Jealousy Incarnate

Jealousy Incarnate (질투의 화신) – SBS (rencana tayang 24 Agustus – 10 November 2016)
JI akan gantiin Wanted yang akan selesai masa tayangnya minggu depan. As if Jo Jung Suk & Gong Hyo Jin are not enough reason, they have to add Go Kyung Pyo to the casts line up. Laaafff banget! Preview-nya sih unyu banget.

After The Show Ends

After the Show Ends (연극이 끝나고 난 뒤) – tvN (tayang 2 Juli – 20 Agustus 2016)
Just found out about it. Trus browsing-browsing belum ada yang punya subtitle-nya 😦 Konsepnya keliatan agak ngebingungin, sedikit mengingatkan pada WGM. Tunggu sub aja deh cyin!

On The Way To Airport

On the Way to Airport (공항 가는 길) – KBS2 (rencana tayang 14 September – 3 November 2016)
Not really a fan of the casts, tapi ini dari sutradaranya “Emergency Couple”, gimana mungkin gue sekip-in?

PhotoGrid_1470934605496

Blow Breeze (불어라 미풍아) – MBC (rencana tayang 27 Agustus 2016)
Hadeuh tapi ini family drama 50 episode, tapi lagi, ini Son Ho Joon sama Im Ji Yeon. Dilema.

Cinderella And The Four Knights

Cinderella and the Four Knights (신데렐라와 네 명의 기사) – tvN (rencana tayang 12 Agustus – 1 Oktober 2016)
Yang ini hanya karena ada Lee Jung Shin (CN BLUE) aja sih di dalamnya.

Our Gab Soon

Our Gab Soon (우리 갑순이) – SBS (rencana tayang 27 Agustus 2016 – 12 Februari 2017)
Cuma mau liat reuninya SoRim (Song Jae Rim – Kim So Eun) couple LMAO

Saimdang

Saimdang, Light’s Diary (사임당, 빛의 일기) – SBS (rencana tayang 1 Oktober 2016 – 8 Januari 2017)
Again, not really into Sageuk, but I will check it out just because it’s Lee Young Ae’s. Dia terakhir muncul tahun 2005 di film Sympathy For Lady Vengeance, trus ilang. Then there is the gorgeous Song Seung Hoon. Yuk cus!

Jauhan lagi di 2017 udah ngekerin:

PhotoGrid_1470935036418

Tomorrow With You (내일 그대와) – tvN (2017)
Dari premisnya seperti remake The Time Traveler’s Wife, tapi belum tau juga. Belum ada sinopsis yang nongol di media. Whatever. It’s Lee Je Hoon FTW!

PhotoGrid_1470935266105

The Package (더 패키지) – JTBC (2017)
Tadinya cuma tau ini bakalan ada Jung Yong Hwa (CN BLUE). Eh tapi begitu cekidot Asianwiki ada Yoon Park juga. Count me in!

Fiuh! Panjang juga ya ternyata ni daftar. Yak sekian rekap drako paruh pertama tahun 2016. Will be back with k-drama recap at the end of the year. Fighting!

Kenangan Berbalut Kehangatan di Ssangmundong: Reply 1988 (응답하라 1988) (2015)

reply family
Warga Ssangmundong

 

Hangat. Teramat sangat hangat.

 

Bagaikan menyaksikan kembali “A.C.I” dicampur “Rumah Masa Depan” dicampur “Jendela Rumah Kita”. Menikmati kenangan yang dibalut kehangatan, kira-kira begitu rasanya.

The Reply series have been around for almost 4 years now. Dan selama itu itu pula, walaupun sampai jatuh cinta sama duo dodol Yoo Yeon Seok-Son Ho Joon (pemain “Reply 1994”) di variety Friends/Youth Over Flowers, keberadaannya gak bikin saya menyegerakan menonton seri ini. Sampai beberapa waktu lalu mendadak iseng. Ho oh, hanya karena iseng dan mulai kekurangan asupan drako seiring dengan nyaris berakhirnya “Bubblegum”.

Namun ternyata oh ternyata, tak disangka tak dinyana saya dibuat begitu jatuh cinta dengan seri ini.

Kenangan mungkin merupakan kunci formula seri Reply. Kalau ditanya ke saya, kenangan yang mana? Kan saya bukan orang Korea. Iya betul banget. Tapi melihat ke belakang, era itu (ini khusus bicara “Reply 1988” ya (selanjutnya ditulis R88), karena saya belum nonton 2 seri pendahulunya) nyaris dikuasai oleh hanya satu gelombang budaya populer, yaitu budaya populer Amerika. Ini gak terlepas dari agenda imperialisme Amerika yang mungkin dengan bodohnya gak kita sadari waktu itu (lha iyak, wong saya masih piyik). “Catatan Si Boy” adalah salah satu produk film masa itu yang habis-habisan menghadirkan referensi budaya populer dan gaya hidup keamerika-amerikaan. Di salah satu serinya, CSB bahkan sampai mengambil setting di LA, sarang anak-anak tajir pejabat Orba masa itu. Korea Selatan, seperti halnya Indonesia, masa itu juga dilanda demam budaya populer Amerika. Political fact, Korea Selatan merupakan salah satu pendukung terbesar Amerika Serikat sampai saat ini.

Okay, I think that’s enough. Nanti malah kepanjangan ngelantur jadi telaah sejarah deh.

Kembali ke Reply, seperti 2 seri pendahulunya, R88 juga menceritakan kisah kasih sekumpulan anak muda yang pada tahun 1988 itu tinggal bertetangga di Ssangmundong, sebuah area di pinggiran Seoul. Akamsi lah judulnya. Seri Reply (katanya) selalu punya benang merah menebak siapa calon suami si tokoh utama perempuannya. Tapi untungnya ini tidak lantas membuat R88 berkutat ngurek-ngurek si Deok Seon (yang diperankan dengan sangat unyu bin gengges oleh Hyeri, yang lebih dulu dikenal sebagai personil Girl’s Day) bakal kawin sama siapa doang. Bahkan porsi tebak-tebak buah manggis calon suami dan drama dunia pergebetan Deok Seon mungkin gak sampai 40% dari keseluruhan cerita R88.

 

reply1988 - 2
Akamsi Ssangmundong

 

Seperti halnya “Rumah Masa Depan”, dan tentunya drama yang jadi inspirasinya “Three Families Under One Roof” (“Hanjiboong Segajok”) (maaf, buat yang ini saya gak punya pengetahuan apapun kecuali referensi dari forum Soompi http://forums.soompi.com/en/topic/346174-drama-2015-answer-me-1988-%EC%9D%91%EB%8B%B5%ED%95%98%EB%9D%BC-1988/?page=2), R88 komplit menghadirkan hubungan di antara mak-bapak-anak, kakak-adik, tetangga, teman, de el el de el el. Hubungan manusia sehari-hari, pre-gadget era. Masa ketika dimana saat kita mau main, tinggal keluar rumah, berdiri di depan pagar tetangga, terus teriak-teriak panggil namanya tanpa perlu janjian playdate. Atau di kalau di kasusnya akamsi Ssangmundong ini, main gerebek kamarnya Taek (si super manis Park Bo Gum). Kakak adik gantian nongkrongin telfon rumah dengan saling ancam, “Jangan lama-lama lu, gua lagi nungguin telfon!” Tetangga dari saling kirim makanan, pinjam bahan masakan, sampai pinjam uang buat tambal sulam kondisi finansial yang kembang kempis. Manis, tapi gak kemanisan. Menyentuh, tapi gak cengeng. Pas. Seperti menikmati pisang goreng dan teh manis hangat di teras rumah sore hari.

R88 juga sepertinya tidak merasa perlu untuk menghadirkan ide-ide besar, justru kekuatannya terletak pada kesederhanaan. Anak bete karena ortu (seperti) pilih kasih, abege curi-curi nonton bokep, pensiun dini, sampai menopause segala dibahas di R88. Penggarapan detail semua aspek yang nyaris tanpa cela menempatkan R88, bersama dengan Heard It Through The Grapevine, sebagai salah satu drama Korea terbaik di daftar drako kesukaan saya.

Oke lanjut. Bicara tentang “membangkitkan kenangan” tentu gak aci (cuma anak lama yang ngerti istilah ini) kalau kita gak membicarakan tentang budaya populer yang tadi sempat disinggung secuil sebelumnya. Jika film “Architecture 101” menghidupkan kembali tren 90an di kebudayaan populer Korea Selatan, R88 sepertinya justru terinspirasi atau mungkin memanfaatkan gelombang tren 80an yang tahun lalu melanda dunia K-Pop (check out SHINee’s “Married To The Music”, my personal favourite album of 2015 and Wonder Girls’ “I Feel You”, with  MV which looks like a today’s copy of Robert Palmer’s “Addicted To Love”). Soundtrack R88 bahkan merajai tangga-tangga lagu Korea Selatan selama beberapa minggu

 

SHINee – Love Sick

 

Wonder Girls – I Feel You 

 

Generasi X dan secuil generasi Y mungkin masih inget celana baggy, kemeja gombrong, nintendo, keriting papan, poni trap (poni traaaaap!!!), LA Gear & Nike Air Jordan? Semua hadir di R88. Salah satu episodenya bahkan memperlihatkan bagaimana Deok Seon membentuk poni trap-nya. That one really hits home, LOL. Gimana Deok Seon ngakalin celananya yang lurus jadi baggy juga manis sekali. Karena keluarganya bukan keluarga berada dan selalu kekurangan secara finansial, Deok Seon (kayaknya) gak punya banyak baju, sepatu pun harus nunggu giliran ada uang untuk diganti. Untuk mengakali supaya tetap trendy (bahaha, aku gak percaya pake kata ini lagi), Deok Seon melipat sisi luar celana jeansnya lalu melipat bagian bawah ke atas.Voilà! Jadi deh celana baggy. Sangat inspirasional!

Mirip-mirip malam keluarga kita dulu menonton “Gita Remaja” atau “Berpacu Dalam Melodi”, setiap tahun semua keluarga di Ssangmundong ini gak absen nongkrongin kompetisi MBC College Musicians Festival, yang tahun 1988 itu dimenangkan oleh Infinite Track (무한궤도) dari Seoul National, Yonsei dan Sogang University.

 

Infinite Track (무한궤도) – To You (그대에게)

 

Infinite Track waktu itu sepertinya membawa angin segar ke dunia musik Korea Selatan dengan aliran rock proggresive-nya, sedikit berbeda dari tren umum yang masih didominasi pop melankolis. Cukup menarik membaca bahwa ini pun dipengaruhi faktor politik masa itu. Rasa synth kuat dalam musik Infinite Track (yang merupakan cikal bakal N.E.X.T) ini juga kita temukan di band-band jazz fusion Indonesia circa 80an, seperti Emerald, Karimata dan Krakatau (mohon dikoreksi kalau salah, maklum ingatan semi-berkarat).

 

Emerald Band – Ronggeng

Referensi barat di film ini mungkin lebih akrab buat penonton Indonesia, seperti grup NKOTB, film “Dirty Dancing”, lagu tema “MacGyver” dan “Knight Rider” serta tidak ketinggalan lagu “Nothing’s Gonna Change My Love For You”-nya George Benson/Glenn Medeiros.

 

        “Nothing’s Gonna Change My Love For You”. Lagu wajib darmawisata

 

R88 juga tidak melewatkan peristiwa-peristiwa penting bersejarah dalam kehidupan sosial ekonomi politik Korea Selatan pada masa itu, seperti Olimpiade Seoul dan restrukturisasi Bank Hanil, walaupun beberapa detail sepertinya rada keteteran. Misalnya pada kasus Bo Ra (Ryu Hye Young), kakak Deok Seon yang adalah aktivis mahasiswa. Dari blog Following Kpop;

“But the show creators turned her into an important activist who goes out of her way to participate in the occupation of the Minjeong Party headquarters in Episode 5. According to an Ize article, this event was expected to be violent and the participants went in knowing that they would all be arrested. It would have been very unlikely for a female college sophomore to have gone in and come out in one piece. In addition, the event was organized by a group to which Bo-ra’s school Seoul National University did not belong at the time due to an ideological rift. She must have felt very strongly about the event to have joined it on her own and wouldn’t have come back home to hide under a blanket.”

Dengan topik yang beragam dan materi yang kuat, R88 tidak takut akan durasi tiap episodenya yang tergolong panjang. Jika hampir semua drama Korea berdurasi kurang lebih 1 jam per episode, R88 berdurasi rata-rata 1,5 jam per episodenya, bahkan hampir mencapai 2 jam di episode-episode terakhir. Durasi yang panjang ternyata toh tetap membuat penonton manteng di depan TV. Ini dibuktikan dengan pencapaian rating yang memecahkan rekor rating tertinggi sepanjang masa untuk TV kabel, yaitu 18,8% untuk episode finalnya. Rating rata-rata TV kabel biasanya tidak mencapai 2 digit, tidak seperti TV umum.

Walaupun R88 ini kocaknya ampun-ampunan, rasanya belum pernah selama ngikutin drama Korea di tiap episode pasti saya punya sesi mewek.  Seduapuluh-puluhnya!

Discovering The Unanswered Questions Of Love: Discovery Of Love (연애 의 발견) (2014)

DOL 4
Nam Ha Jin, Han Yeo Reum, Kang Tae Ha. Source: KBS World

 

Unanswered questions mungkin adalah salah satu hal yang paling bikin manusia bercinta jadi blingsatan. Sebenarnya pertanyaan yang tidak terjawab dalam hal apapun memang bikin rungsing, tapi dalam urusan percintaan rasanya hal ini bisa meningkatkan kadar kesintingan penderitanya.

Kadang pertanyaan yang berputar di kepala kita terjawab saat itu juga, kadang terjawab seiring waktu berlalu namun tidak jarang pertanyaan itu tidak pernah terjawab. Karena cinta sendiri merupakan hal yang abstrak, absurd dan seringkali gak bisa di-logika-kan, unanswered questions adalah hal sangat lumrah muncul dalam hubungan percintaan. Discovery Of Love (DOL) atau Discovery Of Romance sepertinya ingin mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan ini karena unanswered questions seringkali lahir dari ingatan yang berbeda. Seperti kata Han Yeo Reum,

“People remember things differently. Someone might not remember things that are important to someone else”.

Buat saya, DOL (duh gak enak ya singkatannya) memang tidak semenyeluruh atau se-paripurna Emergency Couple (EC) (sampai hari ini EC masih jadi patokan saya sebagai pembanding drama-drama Korea yang berjibun jumlahnya itu). Kalau EC berhasil mengusung romansa yang diperkaya dengan imbuhan-imbuhan nilai-nilai keluarga, masyarakat bahkan kesetaraan gender, DOL kira-kira mengusung tema serupa (halo unfinished business dan CLBK!) tapi dalam kemasan lebih sederhana yang kadang kelepasan sedikit egois dan self-absorbed. Karena kesederhanaanya itu juga, DOL tidak sampai menghasilkan interpretasi berlapis seperti EC atau Valid Love (kalau yang terakhir ini sepertinya Ninin atau Edo lebih mampu menjelaskan dengan artikulasi yang lebih fasih).

Namun untungnya kesederhanaan ini tidak lantas menjebak DOL dalam sebuah drama cinta segi tiga dengan adegan rebut-rebutan klise. DOL tetap luwes mengeksplorasi kegelisahan-kegelisahan 3 karakter utamanya, Kang Tae Ha (Eric Moon/Moon Jung Hyuk), Han Yeo Reum (Jung Yu Mi) dan Nam Ha Jin (Sung Joon). Kegelisahan yang datang dari kompleksitas urusan-urusan yang belum selesai, perasaan tidak aman, ke(tidak)jujuran pada diri sendiri, kebimbangan akan pilihan-pilihan, ego pribadi dan segambreng pertanyaan dilematis lainnya. Kegelisahan-kegelisahan ini diterjemahkan penulis naskah Jung Hyun Jung ke dalam dialog maupun monolog yang memikat, yang seringkali bikin senyum atau meringis makjleb sendiri karena rasanya terlalu familiar *tutup muka pake bantal*

Misalnya [SPOILER ALERT!], saat Tae Ha memutuskan untuk mengakhiri hubungan ambigunya dengan Yeo Reum,

vlcsnap-00010
Kang Tae Ha

“And…let’s break up. Let’s break up properly now. I didn’t know why we broke up, so I couldn’t break up with you. And you’ve hated me this whole time. While you still hate me, it hasn’t over yet.”Kang Tae Ha, episode 10.

Atau saat Yeo Reum mulai meragukan perasaannya,

Han Yeo Reum
Han Yeo Reum

“Can’t you be happy? Don’t think about lying, just because you’re doing fine. I know you’re not okay. Tae Ha, you said you wanted me to be happy. I too want you to be happy. But, why do you keep looking for me? Go and live your life. Why do you keep looking for me? If you keep looking for me like that, I’ll start waiting for you. Do you know how many times in a day I look out the window?”Han Yeo Reum, episode 11.

Dan juga saat Ha Jin menyadari apa yang terjadi,

Nam Ha JIn
Nam Ha Jin

“I realized it then why Yeo Reum acted that way. Why she said those mean things to me. Why I held back so much like an idiot. I’m the kind who can’t say, ‘let’s break up’. I don’t know how to break up properly. So I have nightmares, I take pills for headaches, Yeo Reum knew that’s how I was. That’s why Yeo Reum waited for me even when her heart already left.”Nam Ha Jin, episode 15.

Her heart already left! Huwaaa :((

Tapi sayangnya, kegelisahan ini tidak dielaborasikan ke dalam 3 karakter pendukungnya, Do Joon Ho (Yoon Hyun Min), Yoon Sol (Kim Seul Gi) dan Han Ah Rim (Yoon Jin Yi). Walhasil, ketiganya nyaris terjebak jadi sekedar karakter penggembira obyek tong sampah curhatan ketiga sebelumnya. Untung hal ini masih terselamatkan oleh akting Kim Seul Gi dan Yoon Hyun Min yang ciamik, dengan penekanan pada Kim Seul Gi.

Hubungan-hubungan lain di luar cinta segi tiga Tae Ha-Yeo Reum-Ha Jin bagaikan elemen dekoratif yang kurang substansial. Lebih terasa sebagai penyangga daripada penyokong dan penguat cerita utama.

Tapi rasanya sih kekurangan-kekurangan kecil tersebut tetap nggak mengurangi manisnya jalinan cerita Discovery Of Love kok (nggak enak kalo tiba-tiba ngomong DOL di akhir kalimat ini, haha). Di luar dialog dan monolog manis realistis, kunci daya tarik DOL lainnya adalah ikatan kimia (jeh ribet amat mau ngomong chemistry) antara Eric Mun/Mun Jung Hyuk dan Jung Yu Mi. Keduanya sebelumnya dipasangkan dalam drama Que Sera, Sera (2007). Mungkin paduan waktu, pertambahan usia dan penyutradaraan yang pas merupakan ramuan yang diperlukan untuk memantapkan sinergi di antara Moon dan Jung.

Segambreng pertanyaan tersebut mungkin punya segambreng jawaban juga. Tapi ada satu jawaban yang sejalan dengan saya,

 

Discovery Of Love
Discovery Of Love. Source: Soompi

“You told me before that love is a will, right? You really do have a strong will. What will, my butt. What’s important is the heart. The heart comes first, then the will. What’s the use of having a strong will?” Kang Tae Ha, episode 16.

Eskapisme Ke Realitas : Emergency Couple (응급남녀) (2014)

EC 1
Oh Jin Hee & Oh Chang Min. Source: tvN

 

Perpisahan, kadang meninggalkan urusan-urusan dan perasaan-perasaan yang tak selesai. Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya. Unfinished business inilah yang dieksplorasi sutradara Kim Cheol Kyu dalam drama seri komedi romantis Emergency Couple (EC).

Oh Chang Min (Choi Jin Hyuk) dan Oh Jin Hee (Song Ji Hyo), bercerai 6 tahun lalu dalam keadaan gontok-gontokan, tiba-tiba bertemu kembali saat menjadi mahasiswa kedokteran magang di bagian gawat darurat. What are the odds of that happening? Ya nggak odd-odd amat, secara setengah dari kata-kata yang membentuk istilah komedi romantis adalah komedi. Tapi ini tidak lantas menjebak EC dalam ketidaknyataan maupun absurditas demi mengejar efek romantis bombastis semata.

 

EC 2
Oh Chang Min & Oh Jin Hee melintasi kerumunan orang di Myeongdong saat kawin lari. Source: tvN

 

Awal mengikuti EC saya hanya ingin menikmati drama seri komedi romantis yang menyenangkan dimana saya bisa lari dari kemuakan hidup di Jakarta. Memang tidak salah bagian menyenangkannya, tapi setelah beberapa episode saya tenggelam dalam rangkaian cerita sebuah hiburan sederhana yang memberikan lebih dari sekedar kesenangan yang juga sederhana (di luar kenyataan bahwa OCD membuat saya mengulang-ngulang seri ini sampai lebih dari 7 kali kurang dalam sebulan).

Romantic Comedy (romcom), sepertinya lebih umum dikenal sebagai genre yang ringan, gak perlu logis-logis amat yang penting menghibur, manis dan jleb di dada. Tapi untuk EC, rasanya saya akan membuat pengecualian. Ketika saya pikir saya sedang kabur dari dunia nyata menuju dunia fantasi, saya justru masuk ke dalam dunia paralel yang rasanya sangat sehari-hari.

Entah apakah ini pengamatan yang rasis atau hanya sekedar kebetulan kedekatan budaya (as if such thing does exist) saya juga tidak tahu. Walaupun Chang Min dan Jin Hee sudah “tua” tapi tidak berarti mereka otomatis jadi orang dewasa dimana semua keputusan hidup dapat dibuat sendiri tanpa campur tangan atau pengaruh orang tua. Di mata orang tua ya mereka tetap anak-anak yang harus nurut apa kata orang tua. Familiar ya kedengarannya?

Makin familiar lagi rasanya karena banyak karakternya dalam tindakan sehari-hari digambarkan sering lebih memilih untuk melakukan sesuatu yang walaupun tidak selalu nyaman bagi mereka tapi dilakukan untuk “kebaikan” bersama. Kebahagian juga tidak melulu bersifat individual tapi jika memungkinkan bersifat komunal. Ini juga sepertinya alasan kenapa Hallyu lebih banyak diterima di negara-negara non-Barat. Bahkan salah satu buku menyatakan bahwa “Drama televisi Korea memperkuat nilai-nilai tradisional Konfusianisme yang dipandang orang Iran sejalan dengan budaya Islam, menyiratkan kedekatan budaya turut berperan dalam gelombang Korea di negara-negara Islam”. Walaupun gak semulia ataupun seaagamis itu, rasanya saya (atau mungkin kita) juga pernah, kalau tidak sering, membuat keputusan seperti ini dalam kehidupan sehari-hari.

“Ya udah, gue sebenernya gak suka nih, tapi gue kerjain juga. Bukan karena gue family oriented banget atau percaya nilai-nilai kalian juga, tapi ya gimana?” Atau “Ya udah lah, selama kalian bahagia liat apa yang kalian mau liat aja.” Kira-kira gitu deh gambarannya. Jauh rasanya dari nilai-nilai kekeluargaan ala Hollywood atau dunia media sosial modern yang penuh dengan puja puji penuh cinta berbunga-bunga padahal ketemu mak bapak atau saudara kandungnya belum tentu juga setahun sekali. Kehadiran dan perbuatan nampaknya dihargai lebih dalam EC dibandingkan kalimat manis penuh janji.

Menarik juga buat saya melihat konflik nilai yang dihadirkan oleh EC. Mungkinkah ini juga gambaran dari dilema nilai yang sedang dialami masyarakatnya? Misalnya, di satu adegan mereka menampilkan pasangan suami-istri magang yang bersitegang karena si istri mencurigai dirinya hamil dan merasa dia harusnya tidak perlu menunda mimpinya karena dia pihak perempuan, sedang di adegan lainnya diperlihatkan Chang Min dan Jin Hee memberikan nasihat kepada Oh Jin Ae, adik Jin Hee, dan pasangannya tentang bagaimana menghadapi pasangan masing-masing untuk mencapai hubungan atau rumah tangga yang langgeng dan harmonis berdasarkan nilai-nilai yang sangat gender-stereotyped.

Namun di banyak kesempatan si penulisnya terlihat berusaha sekali meninggalkan stereotip-stereotip tersebut, in a very natural way possible I feel, sehingga membuat dialog-dialognya tidak terasa seperti seperti ceramah tapi memang keluar dari pikiran-pikiran manusia yang sedang dilema. Saya rasanya kepingin meluk Choi Yun Jung deh, si penulisnya, untuk menuliskan dialog-dialog yang makjleb, yang tidak bombastis dan berbunga-bunga, tapi rasanya sangat mungkin terucap dalam kehidupan nyata.

Misalnya nih ya, pada saat Jin Hee madesu sambil digendong Chang Min, dia curhat,

“Tapi…aku tidak bisa melakukan apapun selain menantimu. Aku tidak juga mendapatkan pekerjaan… sehingga semangatku untuk bekerja pun padam. Aku merasa terus menyusut dan keberadaanku di dunia ini terasa sia-sia.”

Jleb.

 

Atau pada saat ayah Chang Min sedang kritis pasca operasi dan menanyakan kabar hubungan Chang Min dengan Jin Hee. Dia bilang,

“…Tetap saja, aku tidak percaya hal-hal seperti itu. Melepaskan seseorang ketika kita mencintainya. Hal-hal seperti itu lah. Cintailah seseorang sebesar apa yang kita rasakan.”

Dan “disikat” Chang Min, “Terus kenapa Bapak hidup seperti itu?” Jengjengjet.

 

Adegan ini, pada khususnya, seperti menyarikan pernyataan Ninin bahwa mereka (orang-orang Korea yang digambarkan dalam K-Dramas) sepertinya mampu merangkul nilai-nilai tradisional mereka dan nilai-nilai yang datangnya dari luar, terutama barat, terutama lagi Amerika, dan menerapkannya dengan mulus serta pertanyaan saya apakah justru mereka malah mengalami ketegangan nilai akibat perbedaan tersebut.

Kerelaan Chang Min untuk melepaskan Jin Hee dan ketidaksetujuan ayah Chang Min pada keyakinan anaknya tepat mengkonfrontasikan perbedaan tersebut di dalam satu dialog, mirip seperti analisa Bae Keun Min mengenai film Siworae dan The Lake House dalam makalahnya Lost in cinematic translation?: The Lake House, Siworae and the Hollywoodization of Korean culture”.

“What Sung-hyun does in these scenes reflects his embedded Confucian values, namely salshinseongin. Salshinseongin is a Korean pronunciation of Chinese characters 殺身成仁, a Confucian virtue in which individuals are strongly recommended to sacrifice oneself (literally meaning killing oneself) to achieve ultimate humanity and justice. However, this Confucian virtue was removed for the Hollywood version as Alex dies in a car accident on his way to meet with her as part of his effort to build more of a relationship with her, which reflects and constructs individualism and self-interested motivations.”

Pernyataan Ninin dan pertanyaan saya tadi pun juga ditanyakan oleh Bae Keun-Min dalam makalah yang sama.

“This, then, raises a series of questions: How is Western (American) culture portrayed in Korean media? Have the connotations of these portrayals changed over time? Are Western values portrayed as something internalized or something imported or cool? Is there a possible relationship between the media portrayals and the acceptance of the foreign culture?”

Yang juga membuat EC terasa lengkap buat saya adalah hampir semua karakter utama dan pendamping tergarap dengan baik. Semua punya alasan, semua punya masa lalu dan latar belakang. Bukan hanya perasaan dan pikiran Chang Min dan Jin Hee yang digali, tapi juga orang-orang yang berhubungan dan ada di dekat mereka. Mereka ada bukan sebagai tempelan atau obyek penderita tapi benar-benar sebagai karakter-karakter utuh yang membuat lingkaran jadi penuh. Does that make any sense?

Seperti ibu Chang Min yang digambarkan mengidap “fairy tale syndrome” dan “princess syndrome”. Males belajar (satu-satunya dari keluarga yang semuanya menjadi dokter), sewaktu muda sibuk bersolek untuk mencari suami (sesuatu yang akhirnya jadi bahan celaan kakak adiknya sepanjang masa nampaknya), berpikir dia telah mendedikasikan seluruh kehidupannya untuk suami dan anaknya sehingga gamang ketika mendapati bahwa manusia lain, seberapapun dekat hidupnya dengan kita, juga punya kehidupan masing-masing. Bahwa anaknya adalah bukan hidupnya. Trés Gibranesque.

Lalu ada Chief Gook (Lee Pil Mo)yang patah hati dengan perpisahan orang tuanya sehingga “mendisiplinkan” hidup dan hatinya sebagai antisipasi agar dia tidak mengulangi siklus yang sama dan tidak melakukan hal yang tidak dia sukai (dalam hal ini bercerai dan meninggalkan anak) pada orang lain (dalam hal ini anak). Prinsipnya ini sempat mendapat “celaan” dari Prof. Shim (Choi Yeo Jin), mantan pacar yang setia menanti tanpa memaksa, bagaimana mungkin orang sebertanggungjawab Chief Gook akan mampu mengabaikan anaknya? TouchéChief Gook pun digambarkan terjebak dalam berbagai unfinished businesses.

Dengan format K-Drama yang hanya terdiri dari beberapa episode (rata-rata 16 sampai 20 episode), si sutradara dan penulis cerita pas mengeksplorasi pasang surut kisah cinta Chang Min dan Jin Hee, tidak kekurangan tidak berlebihan. Tidak ada “restrain and release” alias tarik ulur yang gak karu-karuan panjangnya. Tidak ada plin-plan kurang penting karena kehadiran orang ke-3, ke-4, ke-5 dan seterusnya. Jika akhir perjalanan mereka dibuat seperti itu (berusaha supaya gak spoiler), akhir tersebut merupakan hasil dari sebuah proses yang wajar melalui penyadaran-penyadaran kecil di sepanjang jalan dan bukan karena “glorious wake up calls and all the grand love gestures”. Ada refleksi dan instropeksi dari cinta yang belum selesai, bukan sekedar CLBK dan romantisme masa lalu.

Eksplorasi ini pas disampaikan melalui chemistry yang juga pas di antara pemain-pemainnya, terutama Choi Jin Hyuk, Song Ji Hyo, Lee Pil Mo dan Choi Yeo Jin. Di luar akting, cerita serta chemistry, formula standar saya buat romcom tentu karakter utamanya mukanya matching! Kalo gak matching gak enak buat ditonton :p Entah chemistry bikin muka jadi matching atau kebalikannya, tau deh. Nah ini dia aspek gak logis dari formula romcom sukses preferensi saya.

Saya juga suka dengan pengembangan karakter dan ceritanya. Mereka gak terjebak di situ-situ aja. Seiring berkembangnya cerita, karakter mereka pun berkembang jadi lebih multi-dimensional dan emosi yang keluar jadi lebih campur aduk. Episode-episode awal yang tadinya lebih didominasi aspek komedi berkembang ke arah drama yang tidak didramatisir. Ditambah dialog-dialog sederhana tapi sering makjleb rasanya, lupa sudah kekagetan awal saat melihat ragam kadar ketidakaslian muka hampir semua pemainnya terhapus pesona kewajaran akting mereka. Apalagi yang jadi emaknya Chang Min (Park Jun Keum) dan Prof. Shim Ji Hye (Choi Yeo Jin).

Sedikit keluar jalur, saya sangat terkesan dengan adegan awal dan akhir dimana Jin Hee berhenti berlari dan terdiam sejenak merenungi hidupnya dalam gerak pelan keriuhan ruang gawat darurat. Rasanya seperti sebuah kehidupan yang mencapai full circle.

Kebetulan gara-gara EC saya juga mendadak demam Hallyu kembali (gelombang ke-dua artinya buat saya). Jadilah terserap maraton beberapa drama Korea lainnya dan menyaksikan akting beberapa dari pemain EC. Choi Jin Hyuk di The Heirs & I Need Romance, Choi Yeo Jin di I Need Romance, Park Jun Keum di The Heirs dan Jeon Soo Jin di The Heirs. Akting mereka semua (kecuali Jeon Soo Jin, pemeran Oh Jin Ae, adik Oh Jin Hee, di EC) tidak ada yang sekuat dan sewajar saat mereka berakting di EC. Dari segi cerita pun serial-serial ini tidak ada yang selengkap dan sekuat EC. The Heirs, K-Drama terheboh sepanjang 2013, cuma terjebak dalam cerita gaya-gayaan dan keren-kerenan, juvenile, seksis, feodal dan patriarkis serta dangkal. Menang star-studded line ups kayaknya. I Need Romance juga cuma centil-centilan sok emansipasi perempuan cemen ala Sex And The City.

Lucunya di periode yang bersamaan, stasiun TV lain (di Korea Selatan) menayangkan serial Cunning Single Lady, yang punya premis, plot, bahkan adegan-adegan yang sangat mirip dengan EC. Bedanya eksekusinya bubar jalan. Agak aneh juga rasanya bahwa dari beberapa serial yang saya sebutkan tadi, justru EC yang punya rating rata-rata paling rendah. Dianggap kurang “heboh” kali ya. (Update: rating TV kabel, dalam hal ini tvN, memang pada umumnya lebih rendah daripada TV publik seperti KBS, MBC & SBS)

Dari beberapa K-Dramas yang saya sebutkan tadi, rasanya ada yang agak aneh karena semua sepertinya menunjukkan “kekaguman” mereka pada Amerika. Entah kenapa mereka sering sekali merujuk ke Amerika sebagai simbol kesuksesan. Inlander banget. Mungkin gejala ini menarik untuk dibahas di kesempatan yang berbeda karena rasanya omongan saya sudah kepanjangan kali ini. (Update: Sekarang saya tahu. Korea Selatan memang salah satu negara pendukung terdepan Amerika Serikat)

 

 Oh Chang-Min memohon cinta Oh Jin-Hee kembali

How I Made Your Mother A Back Up Plan Until I Have The Chance To Pursue The (What I Delusionally Think) Love Of My Life

Image
Barney and Robins’s wedding. Source: Glamour.com

 

As a fan of ‘How I Met Your Mother’, of course I was one of those who are enraged by how the creators ended the series. If I haven’t seen all, I would say that it’s probably one of the worst season’s finales in the history of sitcoms, even series.

Having said that, I think there’s still one good thing that came out of it. Alyson Hannigan. As the series developed, she became the most well-rounded character in it’s final episodes. Every Lily’s heartbreak, be it the realisation that she’s just not “artsy” enough to pursue a career as an artist or many things eventually changed with the gang, felt more sincere than many emotions delivered by almost any character in sitcoms I’ve ever watched. Just like what Alyssa Rosenberg said in Washington Post’s blog, “Lily’s heartbreak is rooted in the same ideas about adult relationships…”

This is one of the strengths of televison format compared to movie, I think. It gives time for the creators to develop the characters and the actors to, in a way, BE the characters.

Sitcoms are mostly, if not all, are clichés. Friends, maybe one of the most celebrated sitcoms, is definitely built on piles of clichés. It is then, or probably still, considered very successful. Though after re-watching some of it’s early episodes, I found myself just couldn’t laugh at it or connected to it like I used to. Maybe I just don’t relate to it anymore (I didn’t really relate to it the first time it aired because I was not on the same life’s phase) or maybe now I see it just as neatly knitted clichés, right to very end.

Now back to HIMYM. I guess I still can’t digest why the creators decided to cramp everything in the last 2 episodes and they’re not even well-cramped! Of course HIMYM is also one of those sitcoms that’s built on piles of clichés but somewhere along the way they managed to develop the characters and made those who follow the series feel connected to it. Which I kinda like, no real black or real white.

But then they just threw away years and years of characters’ development into two disastrous episodes. Well, season 9 wasn’t exactly an exciting and great season anyway; it is stretched way too long, but still. It nullifies the entire “adult life lessons” that they’ve been saying to their audience for the past 5 seasons (starting from when Barney and Robin began to have feelings for each other but tried to hide it because of the Bro Code) that “you don’t always get what you want in life” and trash it into Disney black hole where “the boy finally gets the girl of his dream and they lived happily ever after”.

It’s so sloppy, messy and wrecked I begin to think that it was intentional. Now here’s my theory. Maybe, just maybe, somewhere along the way the creators thought that they want to create one of the most unforgettable unexpected season finales in the history of TV series. So they decided to ruin it, big time. After lots of twists and turns, they finally made one last huge twist, a huge disappointment one to most fans. And if that’s the case, well then I salute them. Because that, would make a brilliant plot to make fun of the whole series and it’s devoted fans and life, really. But if not, then I supposed it’s just a very very very bad decision.

I guess life DOESN’T always turn out to be just the way people want it to be. So once a jerk will always be a jerk, no matter how much you’ve learnt that it’s the emptiness inside that drove all of your inhuman behaviours, you just can’t help it. You’re born with the DNA. You don’t have the capabilities to think or to feel, because your fate has been predetermined.

And I guess in real life, just like the Disney life, the guy (or the girl) always gets the girl (or the guy) of his dream, eventually. Just as long as you keep the dream (or the illusion) alive, date some people along the way and even marry someone that you love enough to have a family with, then once she’s off the hook, and you, who always secretly wish to be with her, are also off the hook, you can always try to rekindle the romance, right? The once short-lived relationship with the girl who think of you as a back up plan that you romanticised in your head for years. And the ambitious girl who were willing to give up her marriage for her career and pathetically seemed quite happy when her back up plan, the “ideal” guy, suddenly showed up in front of her apartment with the blue French horn after oh I don’t know how many years and suddenly just forgot that she was never really in love with him but as ambitious as she is now and as determine as she always has been, it is only reasonable to settle for the guy that seems to check all the right boxes in traditionalists how-to-find-the-one-that-will-last-forever manual’s checklist. Yup! That’s THE dream. After all, first love never dies, right?

Almost sounds like Diana-Charles-Camilla’s love triangle there, minus the complications of class value sets and royal family rules. Oh and plus he was never (I guess) a pathetic back up plan for her.

 

“Last Forever” what now? They never really got to make those last episodes, right?