on black, white, grey and dust that gets in your eyes

Kemarin saya terlibat perdebatan panjang mengenai moralitas dan sistem yang awalnya di mulai dari salah satu postingan teman saya di Path. Ketika saya mencoba memberikan pendapat bahwa mungkin seharusnya kita tidak seenaknya menghakimi moral orang yang (terpaksa) meninggalkan anaknya di jalanan, komentar saya langsung dimentahkan teman(-teman) si empunya Path, bahwa apa pun alasannya, “membuang” bayi adalah salah dan atas alasan apa pun seharusnya tidak pernah boleh dibenarkan.

Perdebatan berlangsung cukup panjang dan alot yang bahkan sampai di ujungnya saya rasa tidak ada satu orang pun yang mau melihat poin2 yang saya coba sampaikan. Hampir semua sibuk berkutat menjadi polisi moral.

Pada akhirnya, saya tidak tahan untuk tidak membagi perdebatan semalam di ruang yang lebih luas. Berikut adalah perdebatan lanjutan yang terjadi di Path saya. Sebagai keterangan pelengkap, saya menampilkan pendapat saya atas apa yang terjadi di Path teman saya (bisa dilihat dari foto 1). Gambar-gambar selanjutnya adalah argumen saya, Anya & Nathanael untuk menjawab pertanyaan atau argumen dari Andersen (Andre), pemilik Path dimana awal perdebatan ini berlangsung.

Untuk melihat awal pembicaraan ini dengan jelas tentunya juga harus melihat percakapan awal yang terjadi di Path tetangga tersebut. Namun tentunya hanya dapat saya cantumkan jika si empunya Path berkenan.

1
Screen capture dari perdebatan awal yang terjadi di Path tetangga. Tentu hanya cuplikan dari keseluruhan thread postingan tersebut
2
Masih sambungan dari pembicaraan sebelumnya.
3
Awal postingan di Path saya. Kenapa saya banyak pakai kata militan? Ya balik lagi harus liat argumen di Path tetangga tersebut

Sebagian komentar saya rasa gak perlu ditampilkan di sini karena gak relevan dengan masalah yang sedang dibicarakan.

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Thoughts?

7 thoughts on “on black, white, grey and dust that gets in your eyes

  1. Mampir kesini lewat blog Arie…
    People do judge because it’s the easiest thing to do.
    Come on lah, misalnya liat ada anak kecil jatuh dan giginya copot trus emaknya kucuk2 baru dtg setelah si anak berdarah2, seberapa banyak sih orang yang mikir “mgkn mamanya sibuk sama hal urgent lain” “mgkn mamanya harus jagain neneknya yang gak bisa pindah ke kursi roda sndr” dll, dibanding orang yg langsung ngomong “emaknya nggak bener! Bukannua jagain anak nya!”
    That’s people. We tend to think the easiest.
    Padahal manusia itu bisa jadi manusia krn bikin dosa, bikin salah, dll kalo kagak yah bukan manusia lah, i dont know what it’s called maybe saint or angel or whatever.
    Festi, you’re one of the people who thinks globally and put empathy on everything, tapi kamu nggak akan bisa masukin ide kamu ke bbrp orang (di case ini si maysi itu) krn you two simply have different litres of brain mass (LOL) just kidding. Yah aku taw lah kamu pasti taw kalo kamu ga akan bisa bikin dia ngerti meskipun kamu jungkir balik juga. It’s like you two are talking different language.
    Kudos for your courage to express your true opinion. Ibu kartini did that too. 🙂

    • Hai The Sanguine,

      aku cukup setuju sih kalau menghakimi adalah salah satu hal yang paling mudah. But I think I refuse to simply said, “it’s people”, but I would rather say, “that’s ignorant” 🙂

      Aku juga pikir sih bukan mau menjejali ide di kepala orang-orang seperti Maysi ini tapi lebih kepada memberikan argumen atas cercaan dan hujatan mereka. Nah, sulitnya nih, sayangnya karena aku masih memegang kode etik blogging (if there is any :)) aku juga gak bisa posting bagaimana asal muasal perdebatan ini terjadi. Jadi ya gambaran perbincangannya hanya setengah-setengah.

      Thinking globally ini maksudnya mengacu ke mana? Aku pikir sih kita, manusia yang hidup dalam sebuah sistem, ya gak mungkin picik dalam melihat bahwa satu hal itu berdiri sendiri tanpa ada hal-hal lain yang saling berkaitan dan mempengaruhi. Nah, mungkin ini juga keberatan terbesar aku dan beberapa orang temanku yang ikut memberikan pendapat di thread Path tersebut karena kami merasa banyak orang yang kami temui ya begitu, tidak mau melihat hal-hal lain di luar mereka dan lebih besar yang sering kali tanpa mereka sadari sudah membentuk mereka sebagai manusia, bahkan menggerakka segala aspek kehidupan mereka.

      Kira-kiranya begitu deh hehe. Thanks for dropping by May 🙂

  2. Hai fes..gw baca via postingan arie di fb.. Gw rasa (spt yg gw komen di arie’s post)..org2 dalam melihat suatu masalah atau memecahkan suatu masalah selalu melihat dr sudut pandang kita. Misalnya, gw ga bakal nelantarin anak gw dengan sengaja karena gw ada keluarga yg siap bantu gw. Tapi si ibu itu? Who knows?..pasti dia punya alasan kuat hingga melakukan hal yg paling optimal menurut dia (walo menurut org lain ga logis). Tp..kita ini sapa? Yg berhak menghakimi, melabelkan, bahkan mencaci ssorg..hakim bukan, Tuhan jg bukan.Gw jd inget kisah nabi ibrahim(ato musa, gw lupa) dgn nabi khidir. Nabi ibrahim (ato musa) ingin belajar maka beliau mengikuti
    perjalanan nabi khidir (sblmnya udah diwanti2
    jgn tanya dan komentar apapun,)..ptama nabi
    khidir melubangi kapal orang, pdhl kapal itu bagus dan akan brangkat mengangkut org, trus ketika ada tembok mau rubuh nab

    • Hai Yu,

      yah itulah kenapa gue gemes banget. Bahkan sebenarnya di komentar yang ada di postingan temen gue itu dia mengaku sudah melalui segalanya, semua hal yang paling buruk sepertinya. Lah, apa dia sudah merasa penderitaannya paling hebat sehingga sah-sah aja menghakimi orang lain. kalau pun iya penderitaan dia paling hebat, balik lagi, tolok ukurnya apa? Was she playing God?

  3. Haii festi..gw liat dr postingan arie di fb..Intinya adalah..kita ga ada hak untuk menghakimi,melabelkan, mencaci seseorang atas perbuatan yg dilakukan.. Pasti org tsb punya alasan yg menurut org tsb kuat dan dianggap paling logis, walo menurut org lain srbaliknya.. Lagipula hakim bukan,Tuhan juga bukan..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s