Beberapa ratus tahun lalu, Masbro Shakespeare bertanya kepada gang-gang London yang becek dan bau pesing, “Apalah artinya sebuah nama?” Beratus tahun kemudian, segerombolan masteng dan mbakteng hipster tak bernama merayakan ulangtahun ke-12 Komunitas Puisi BungaMatahari, di Reading Room, di Kemang Timur 57, di sela-sela perkampungan selatan Jakarta, dengan menyelenggarakan Festival Tanpa Nama.
Festival Tanpa Nama adalah bagian dari serangkaian kegiatan #eksperimenmembaca yang berawal dari pertanyaan-pertanyaan, “Bagaimana kita memutuskan kalau kita menyukai apa yang kita baca atau tidak? Apakah nama besar seorang penulis atau promosi yang hebat bisa menentukan pendapat kita terhadap sebuah buku?”
Dalam acara Festival Tanpa Nama, BungaMatahari akan menampilkan sejumlah puisi dari beberapa penyair ternama (penyair senior, yang karyanya banyak dikenal di Indonesia) dan penyair tak ternama (penyair yang karyanya hanya dikenal kalangan terbatas). Tim kurator BungaMatahari memilih puisi-puisi ini berdasarkan kesamaan tema, gaya, bentuk, tipografi, genre, filosofi, dan, silakan anda lihat sendiri nanti. Puisi-puisi ini, setelah nama…
View original post 146 more words